Sekarang aku sadar… ya… setelah lama aku di buai oleh kenyataan, aku sadar.. Aku berbeda… Berbeda dengan adik-adikku… tidak… aku berbeda dengan keluargaku… Jujur aku akui, sejak aku kecil aku di didik keras oleh ayahku… seringkali kakiku lebam-lebam terkena pukulan tongkat dari ayahku.. Dulu sekali… padahal, setelah aku pikir-pikir… aku tidak memiliki kesalahan yang berarti. Sebagai contoh saja, dulu aku pernah di pukul dengan tongkat hanya karena aku tidak menghabiskan makanku atau karena tidak menuruti perintah orang tuaku.Huh.. aku sampai sekarang berpikir. Ada gunanya juga ya di beri hukuman seperti itu. Sampai sekarang aku jadi lumayan mandiri. Yah untunglah. Sebagai cowok, aku bias menyapu kelas 2 SD, mengepel kelas 3 SD, mencuci piring kelas 4 SD. Menurutku itu sangat berguna. Kupikir, ketika aku kelas 12 SMA, tugasku akan sedikit di kurangi dan di gantikan oleh adik-adikku sehingga akan mengurangi bebanku… namun ternyata tidak… Ortu aku ga pernah mengajarkan pada mereka bagaimana mengerjakan pekerjaan dalam rumah. Adikku yang tertua, sampai sekarang kelas 7 SMP tidak bias mencuci piring, menyapu, mengepel dan pekerjaan rumah lainnya. Sering mengeluh pada orangtua. Kadangkala tidak mau melaksanakan perintah sederhana yang aku perintahkan padanya (dan itu menyebabkan aku malas memberinya perintah lagi…)
Ortu ku pun membedakan cara pengasuhan terhadap kami. Kami tiga bersaudara dengan aku yang tertua, kemudian adik keduaku cowok SMP, dan adik ketigaku cewek TK. Perlakuan ortu ke aku, Keras, bahkan sedikit cuek. Sering membiarkan aku. Ortu ke adik keduaku, sedikit keras, namun agak dimanja. Perlakuan Ortu ke adik ketigaku, sangat dimanja, sangat di sayang, sehingga adik ketigaku sering membentak orangtuaku (aku pun jarang sekali melakukannya), tidak pernah menghabiskan makanan dan orang tuaku membiarkan (padahal kalau aku dulu, aku sudah di hajar).
Titik dimana aku sangat sadar adalah ketika adikku yang kedua, di belikan laptop dengan seharga 4 jutaan yang dari dulu aku berusaha merengek-rengek bahkan memohon pada ortuku untuk di belikan dan ditolak. Aku, yang seharusnya menerima lebih dulu, bahkan aku sudah merengek-rengek, ditolak mentah-mentah, tapi kenapa adikku di belikan?? Aku yang sudah SMA menuju kuliah dan kemungkinan di luar kota setidaknya membutuhkan PC ato laptop, namun adikku, yang masih SMP, yang masih 6 tahun lagi di Semarang, yang dirumah masih ada laptop, kenapa di belikan??
Apakah ini karena aku memang harus bernasib sial dari jaman dahulu?? Apa aku memang bukan anak dari orangtuaku?? Hanya tuhan yang tahu… Dan aku masih akan terus bertahan...